Sabtu, 08 Februari 2014

Diacuhkan? Terabaikan? Lalu?

Ini terhitung hari yang ke.... *ngitung pake jari* aku terabaikan.

Oke, gatau kenapa pengen nulis blog ngasal gini, tapi yang jelas cuma mau ngasih kesimpulan buat yang sering ngerasa terabaikan, teracuhkan.

Point pertama, setdaaah udah kaya main basket aja pake poin. Skip. Kamu pernah merasa terabaikan? Dalam garis besar yang lurus nya gak seberapa, kata yang berkalimat tebal yang menggunakan "bold" diatas diartikan sebagai... Dicuekin, mungkin? Iya, ya semacam itu lah. Dicuekin, ya lebih simpulnya lagi.... Gak-di-kabarin-mode-on. Sip, udah kaya pemain point blank aja ngomong pake mode on mode on, kenapa ga sekalian di-cuekin-terus-enaknya-di-headshot-aja gitu? Halah, skip.

Nah. Secara rafiah ya terabaikan itu ya kayagitu. Apa itu rafiah? Itu tali. *yang percaya berarti mendustakan Allah* #apasih. Terus, apa itu diacuhkan?

Dalam garis besar yang mulai cukup lurus, diacuhkan itu gajauh beda sama terbaikan. Beda nya, diacuhkan itu mungkin dilakukan dalam keadaan sadar dan disengaja untuk nge-cuekin kalau terabaikan kamu itu ibarat barang digudang yang gakepake dan tanpa sengaja kita cuekin gitu aja kan, karna apa? Karna barang digudang itu gaada guna nya. Beda sama pemikiran orang yang kerja di jokobagusdotkom *typo* "barang gaberguna? Jual aja disini"
Terus kalau yang lagi pacaran.....
"Pacar gaberguna? Opor aja kesini"
Gak. Gak gitu -_-

Lalu, masih ingin bertahan oleh rasa yang tanpa sengaja di-abaikan atau sengaja di-acuhkan?

Share:

3 komentar: